Musik Folk
berarti musik rakyat yang penuh dengan kesederhanaan dan keseharian
dalam lagunya. Sejatinya dalam meramu musik itu sendiri terdapat banyak
unsur-unsur tradisi dan kebudayaan memberikan warna pada part-part
musiknya, namun sebagian musisi hanya memberikan penekanan pada nilai
kesederhanaan saja. Sisi-sisi tradisional dan kontemporer dalam folk
musik dikemas dengan porsi yang beragam, sesuai kebutuhan, sehingga
membentuk karakter musik yang diinginkan muisisinya.
Thomas William seorang berkebangsaan Inggris (1846) adalah orang
pertama yang menggunakan istilah folk untuk menggambar tradisi,
takhayul, adat-istiadat dan cerita rakyat yang berkembang di masyarakat
lokal sebuah daerah, seperti dengan menggunakan kata-kata folk song,
folk music dan folk dance dalam tulisan-tulisannya. Namun istilah ini
belum terlalu berkembang dan hanya dikenal beberapa kelompok orang saja.
Pada tahun 1960-an di Amerika istilah Folk kembali digunakan hingga
menyentuh industri musik Amerika. Hingga akhirnya di tahun 1987 Bob
Dylan memenangkan Grammy Awards kategori Best Contemporary Folk
Recording. Resmilah Folk menjadi nama salah satu genre musik di industri
musik internasional.
Terlepas dari mulai populernya musik Folk, ada pernyataan yang
menyatakan corak musik folk berbeda-beda antara setiap letak geografis
wilayah. Pernyataan tersebut kurang lebih adalah benar. Folk terbentuk
dari kreatifitas dan kearifan lokal suatu masyarakat (peradaban).
Perbedaan bentang alam dan sifat lingkungan akan mempengaruhi cita rasa
dari sebuah karya manusia. Di Balkan mereka menciptakan alunan musik
Folk dari lantunan merdu akordion, di Spanyol mereka menggelitik gitar
mengeringi tarian Flamenco, dan di Turki berkembang Arabian Culture
Music. Jika di Amerika ada Bob Dylan dan Violeta Parra, di Eropa ada
Alan Stivell dan Pieter Kennedy. Begitupun di Afrika, Asia, Rusia dan
belahan bumi utara mereka memiliki folk dengan corak tersendiri.
Bagaimana dengan Indonesia?? Jangan bercanda, Indonesia itu kaya.
Folk di Indonesia mulai didokumentasikan sejak zaman Gordon Tobing di
era 1960-an, diteruskan Kwartet Bintang, Noor Bersaudara, Prambors, Trio
Bimbo dan Geronimo. Memasuki era 70-an dan 80-an muncul Iwan Falls,
Ebiet G. Ade, Franky and Jane dan banyak lagi. Di tahun 90-an hadir
Slank dengan nuansa Folk yang berbeda dengan pendahulunya, meskipun
nuansa Folk band ini tidak muncul pada seluruh lagunya dan cenderung
tidak dominan.
Pada era sekarang ini Folk Music di Indonesia menjadi lebih berwarna.
Mereka adalah Payung Teduh dengan warna Keroncong Folk, Autette And The
Poldska Seeking Carnivals dengan Western Folk Carnival, kemudian ada
Float, Dialog Dini Hari, Silampukau, Teman Sebangku, Deugalih and Folks, Tiga Pagi,
Nada Fiksi, Mr. Sonjaya, Banda Neira, dan Afternoon Talk dengan nuansa
tropical, dan jika anda pernah jalan-jalan pada malam hari di kawasan
kota tua (pondok) di Kota Padang, ada group band (unknown) yang sering
muncul bermain di seputaran klenteng, itu juga Folk, Folk dengan
cita-rasa etnik Tionghoa Oriental Folk. Diluar itu semua, masih banyak
lagi Band Folk Indonesia yang tak sempat disebutkan, silahkan tanya
Paman Google untuk lebih jelas.
Batasan mendasar untuk musik Folk itu sendiri tidak jelas, sama
halnya ketika publik mempertanyakan tentang genre musik dari musisi
seperti Iwan Falls atau Ebiet G.Ade, banyak spekulasi bermunculan
terkait hal itu. Hal ini disebabkan musik yang mereka mainkan memiliki
karakteristik unik yang tidak sering dijumpai, sehingga membuat musik
mereka sulit diputuskan berada pada genre musik yang lazim dikenal.
Begitulah Folk adanya, nuansa dan sensasinya lebih mirip De Javu, begitu
akrab namun sulit dikenali. Alasan menarik untuk menjawabnya adalah
Folk berkali-lipat lebih tua dari pelaziman genre musik itu sendiri,
Folk adalah orang tua yang baru saja diberi nama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar